Hebatnya Industrial 4.0 dari 3.0


P
ada kesempatan kali ini,  Saya akan mencoba menjelaskan hebatnya 4.0, sekaligus menjawab sedikit keragu-raguan dari teman-teman di pabrik tentang industrial 3.0 dan industrial 4.0.

Industrial 3.0 didominasi oleh automation.  Tujuan otomasi adalah sebuah konsep teknologi yang menggunakan atuo mechanical dan robot untuk menggantikan pekerjaan repetitif manusia.

Adapun ciri-ciri dari industrial 3.0 selain hanya automatisation adalah :  "berjayanya satu aplikasi  yang kita kenal 10-20  tahun belakangan yakni Microsoft Excel  atau spreadsheet".   Dua hal ini menurut saya dominan dilakukan dan ditemukan di Industrial 3.0

Jelas, yang berkembang dan digunakan  hari ini di pabrik atau manufacturing adalah teknologi 10 tahun yang lalu.  Disini saya tidak bicara tentang automation  dengan AI.

Saya ulang lagi : "yang digunakan untuk produksi  hari ini di pabrik adalah automation  hasil 10 tahun yang lalu".   Kalau kita mau jujur,  setiap kali ada pameran Manufacturing,  atau pameran mesin. Teknologi yang digunakan juga tidak terlalu jauh, dan masih mirip dengan  teknologi  sebelumnya.   Misalnya mesin CNC dan   mesin die casting. Sampai hari ini,  masih ada tiga yang dominan  yakni Gravity  Die Casting,  Low Pressure Casting, dan   High Pressure Die Casting.  Selain ketiga teknologi itu,  di negara kita belum ada.  Kita sampaikan yang real real saja.

Oke,  kemudian bagaimana pabrik memutuskan dan   akhirnya membeli "new machine  high pressure die casting"?.  Betul, pertimbangan teknis  seperti : banyaknya porosity,   banyaknya defect  visual, menciut, dll".  Proses pengambilan keputusannya kira-kira :   middle management, sampai top manajemen melakukan rapat,  menggunakan tools andalan. Tools andalan itu apa?. Salah satunya adalah Microsoft Excel atau spreadsheet dan kombinasi dengan database.  Beberapa pabrik masih menggunakan kertas repot manual.   Datanya  juga masih dipertanyakan. Karena tidak realtime,  yang tidak berasal langsung dari mesin. Melainkan manual input.


Keputusan membeli mesin baru akhirnya tercapai.  Caranya dengan pertimbangan dari repot manual, planning, forecasting, target dll. Syukur-syukur jika pabrik tersebut mempertimbangkan juga  tentang skor OEE, OOE ataupun TEEP.  Atau tidak sama sekali.   Jika tidak sama sekali, berarti keputusannya hanya berdasarkan feeling, subjectif, atau mengikuti keinginan owner. Dan bisa saja salah ambil keputusan.

Inilah bagaimana gambaran industrial 3.0 berjalan.  Hal yang paling esensi untuk memutuskan meningkatkan kapasitas,  menambah lini produksi,  menambah mesin,  menambah tenaga kerja,  melakukan automation,  bahkan   ekspansi pabrik baru,  dilakukan semuanya  dengan data yang tidak Real Time,    tidak transparan,  tidak tervisualisasi,  tidak terintegrasi,  tidak akurat,   masih manual,  serta tidak komprehensif.  Dan satu lagi,  menggunakan tools  yang terbatas kemampuannya,  tidak robust design dan tidak seamless dengan mesin.

Begitulah adanya industrial 3.0.  Ini kondisi real dan sedang berjalan di  pabrik-pabrik kita di Indonesia.  

Kelemahan-kelemahan ini yang  dilengkapi dan disempurnakan oleh industrial 4.0.  Bagaimana keputusan-keputusan di pabrik itu dilakukan dengan akurat , cepat dan tepat.  Dilakukan dengan menggunakan tools yang tepat,  Sumber data langsung dari mesin dan fasilitas produksi.  Mengurangi, bahkan syukur-syukur menghilangkan campur tangan orang  dari level paling bawah yakni operator ,  supervisor,  manajer pabrik,  plant Manager,  bahkan owner sekalipun.  Sehingga keputusannya  berdasarkan data dan algoritma yang cepat, tepat dan akurat.

Hal diatas adalah minimal fitur yang kita bisa dapatkan dari Industrial 4.0. Minimal itu yang didapatkan.

Jika ingin mendapatkan advance fitur,  maka kita akan  membangun sistem sampai kepada edge cloud,  machine learning,  big data analytical dan AI.  Tapi kalau sudah  di level itu,  kita butuh waktu,  kita butuh sumber data yang kredible.

Sumber datanya apa?.  Adalah level paling bawah dari 5  organisasi level automations.  Yakni adalah di shopfloor.  Tidak ujug-ujug sampai kepada AI.

Nah data dari shopfloor, data dari PLC & HMI, MES, SCADA, ERP, BIG DATA  diolah  untuk menghasilkan AI.  Seperti itu cara kerjanya.


MESIN SAYA, PABRIK SAYA BELUM SIAP?

Pendapat, opini dan sudut pandang ini yang seringkali saya jumpai  dikala berdiskusi dengan customer untuk ber transformasi menuju Digital Factory.  "Oh,  saya belum siap",  "pabrik saya belum siap, mesin masih manual, mesin baru semi auto", dll.

Jawaban kami :  "Semua tidak ada yang siap.  Tapi satu hal,  kompetitor anda  yang lokasi nya di sini  dan di belahan negara lain,   akan melakukan nya duluan dari anda.  Akhirnya anda akan kalah dalam kompetisi".

Saya dan anda sudah berada di era IR4.0. Sadar atau tidak sadar,  secara personal,  anda sudah sangat paham bagaimana kita dimudahkan dengan smartphone, tokopedia, bukalapak lazada, gojek dll. Anda sudah didalamnya. Anda sudah jadi customer IR4.0 sudah jadi objek bukan subjek.

Secara Organisasi, perusahaan anda juga sudah jadi objek, bukan subjek. Aplikasi Google map, zoom, slack, MES misalnya.

Anda tidak harus menunggu mesin anda di upgrade dulu,  menuju Backbone  industrial 4.0 yakni  ethernet communication.  Tidak perlu.

Jika melakukannya, anda akan menghabiskan waktu yang banyak sekali. Anda akan menghabiskan banyak sekali uang, losses capasitas, energy.  Sementara hasilnya belum tentu sesuai dengan yang diharapkan.

Industrial 4.0 tidak memandang jenis mesin,  jenis proses,  jenis pabrik,  jenis orang.   Lakukan dengan konsep industrial 4.0 .  Dengan kondisi yang ada.  Tahap demi tahap,  menuju digital Factory,  Smart Manufacturing, atau e factory.

Tidak perlu harus upgrade mesin.  Untuk planning upgrade mesin  bisa berjalan paralel  dengan implementasi industri 4.0.  Justru kelebihannya adalah,  keputusan untuk upgrade,  membeli mesin baru,   lini produksi baru,  desain produk baru,  rekrut karyawan baru,  pemberian bonus,  promosi , keputusannya  berdasarkan data dan algoritma IR4.0.  Hebatnya di situ.


Pabrik-pabrik yang sudah memutuskan untuk upgrade mesin baru,  menambah lini baru,  tanpa  pertimbangan dari  data dan algoritma  akan  pusing kepala.  Semakin besar  dan semakin melebar  perusahaan atau pabrik,  maka semakin kompleks pula permasalahan yang timbul.  Salah-salah  mengorganisasi diri dan berkompetisi, akan bangkrut.

Dunia sangat dinamis,  perubahan bisa berlangsung hitungan detik.  Keputusan untuk mau digital factory atau  cara konvensional   harus segera diputuskan.   Jika memilih menuju digital Factory  artinya anda akan ikut arah ikut arus.  Jika tetap dengan pilihan anda  berjalan dengan konvensional pabrik,  maka anda akan melawan arus. Terima kasih.

OEE, oee, oee adalah, rumus oee, metode oee, oee mesin, oee solution, contoh menghitung oee, oee benchmark data, oee calculation, example, oee industry, vmtech, perusahaan vmtech, vmtech software, victor harefa, industry 4.0, rockwell automation, wonderware, efactory, IIOT, IOT, Edge computing, Edge cloud, mttr, mtbf, machine, mesin, suhu, akuisisi data mesin, packing, cokote, minor stop,scada system, apa itu mes, mes adalah

Comments

Popular posts from this blog

PROFINET ATAU PROFIBUS ?

Ciri-ciri lantai produksi butuh OEE

The Basic difference between PLC and Microcontroller